menulis sebagai terapi

Rabu, 13 September 2017

bertamasya dalam catatan 7

 

aku memiliki banyak cara untuk menunggumu, salah satunya meracik secangkir teh di pagi hari. apa kau ingat jumlah hari yang telah kau bawa pergi? sejumlah itulah teh yang berhasil kuracik sendiri. orang bilang, akulah peracik teh handal itu. sebutan yang membuatku geli. kau tahu mengapa? karena orang hanya melihat jumlah teh yang kuracik berdasarkan jutaan detik yang kulewati. sedangkan perihal rasa mereka tak tahu. hanya kau yang boleh tahu. pun hanya kau yang pantas menilai sebutan itu cocok atau tidak untukku. jadi jika kelak kau pulang, kusajikan padamu racikan teh yang paling akhir. sebab di sanalah terkabul segala pengharapan tentang kepulanganmu.


surabaya,

13/9/2017

Read More

Rabu, 02 Agustus 2017

bertamasya dalam catatan 6

 

menemukan suatu jalan di kota ini jauh lebih sulit daripada menuju hatimu. sungguh. untuk menemukan suatu jalan di kota ini aku membutuhkan kamu, peta, dan arah mata angin. sedangkan untuk sampai ke hatimu itu hanyalah keinginan. padahal, kota ini tak lebih besar daripada hatimu. tak lebih luas daripada hatimu. sedangkan jalan untuk menuju hatimu itu sangatlah beranekaragam dan pelik. aku harus melewati terowongan angker tempat masa lalumu terkubur, melompati kubangan luka-luka yang kau miliki, menyusuri hutan rimba, rawa-rawa, lembah bebukit, gurun pasir, juga bertahan terhadap segala cuaca yang menerpa. tetapi, aku sanggup menuju hatimu. sendiri. hanya berbekal keinginan.


surabaya,

2/8/2017

Read More