menulis sebagai terapi

Rabu, 13 September 2017

bertamasya dalam catatan 7

 

aku memiliki banyak cara untuk menunggumu, salah satunya meracik secangkir teh di pagi hari. apa kau ingat jumlah hari yang telah kau bawa pergi? sejumlah itulah teh yang berhasil kuracik sendiri. orang bilang, akulah peracik teh handal itu. sebutan yang membuatku geli. kau tahu mengapa? karena orang hanya melihat jumlah teh yang kuracik berdasarkan jutaan detik yang kulewati. sedangkan perihal rasa mereka tak tahu. hanya kau yang boleh tahu. pun hanya kau yang pantas menilai sebutan itu cocok atau tidak untukku. jadi jika kelak kau pulang, kusajikan padamu racikan teh yang paling akhir. sebab di sanalah terkabul segala pengharapan tentang kepulanganmu.


surabaya,

13/9/2017

0 comments:

Posting Komentar