Antologi Puisi Menolak Korupsi 3 Pelajar Indonesia Menggugat!
Diterbitkan oleh Penerbit Forum Sastra Surakarta pada April 2014, saat saya masih duduk di bangku XII SMK. Saya menjadi satu dari sekian pelajar SD/SMP/SMA sederajat di Indonesia yang karya puisinya termuat dalam antologi ini. Betapa bungah saya pada masa itu, apalagi antologi puisi ini adalah antologi puisi pertama yang saya miliki.
Saya mengirim puisi untuk bergabung dalam Antologi Puisi Menolak Korupsi 3 Pelajar Indonesia Menggugat, atas rekomendasi budayawan A. Rego Ilalang, pemilik Sanggar Rumah Ilalang Nganjuk. Saya mengenal beliau saat penyair Mahendra PW asal Jombang mengenalkan saya melalui Facebook di tahun 2014. Pertama kali saya bertemu saat beliau hadir di acara Peluncuran Buku Girindra karya Siwi Sang. Kebetulan saya diundang sebagai pembaca puisi, karena beberapa hari sebelum peluncuran buku Girindra saya memenangkan perlombaan baca puisi tingkat kabupaten Tulungagung.
Saya pernah berkunjung ke Sanggar Rumah Ilalang di Nganjuk untuk mengambil antologi Puisi Menolak Korupsi 3 ini. Antologi puisi ini juga menjadi salah satu dari sekian prestasi yang dapat saya sodorkan ketika Dosen Universitas Negeri Surabaya bertanya, "Anda punya prestasi apa?" pada saat pelaksanaan wawancara penerimaan mahasiswa baru. Hehe...
Pelajar Indonesia Menggugat!
Begitulah kalimat teratas yang tertera pada sampul. Awalan yang cukup sadis menampar perilaku para koruptor sebenarnya, jika para koruptor itu peka. Tetapi, apakah mungkin? Hehe...
Pelajar yang selama ini dianggap sebagai anak-anak yang tidak mengetahui apa-apa selain pelajaran di sekolah, justru melahirkan karya-karya yang tidak semua orang dewasa mampu untuk menuliskannya. Mereka mampu menentang perilaku dan tindakan korupsi yang dilakukan oleh orang-orang yang dianggap oleh mereka lebih dewasa, lebih pintar, dan lebih mumpuni menjaga kesejahteraan negeri ini. Bayangkan, ditentang pelajar! Malu gak tuh?
Berlanjut ke bagian tengah. Tamparan-tamparan yang mengarah kepada para koruptor itu rupanya semakin keras. Larik demi larik. Lembar demi lembar. Gagasan-gagasan pelajar Indonesia tentang penolakan tindakan korupsi yang merugikan negeri tercinta ini ditulis oleh mereka dengan gaya bahasa puitik yang khas dan memiliki maknanya sendiri-sendiri.
Entah dari mana kekuatan inspirasi yang para pelajar itu dapatkan. Mungkin berita koran, siaran radio, atau tayangan di televisi. Inspirasi memang bisa tumbuh dari mana saja, tetapi kejernihan nurani haruslah dipupuk sedini mungkin.
Terakhir, sekadar catatan. Terdapat dua puisi saya yang termuat dalam Antologi Puisi Menolak Korupsi 3 Pelajar Indonesia Menggugat!
Semoga menjadi pengingat bagi diri saya, pun pembaca. Bahwa dilihat dari sisi manapun, korupsi tetaplah tindakan nirnalar yang tidak patut dilestarikan. Apalagi diwariskan kepada anak, cucu, dan cicit kita di masa mendatang.